Pilih bahasa

CONTOH MAKALAH FENOMENA TURUNNYA HUJAN YANG MENGHIDUPKAN BUMI

On Minggu, 26 Januari 2014 0 komentar



Buat yang lagi dapat tugas bikin makalah ini saya buatkan contohnya ,
hanya saja isi nya boleh saya copy paste dari beberapa situs ..
semoga bermanfaat ..
 Contoh makalah "fenomena turunnya hujan yang menghidupkan bumi" :




KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim.
Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Illahi Robbi, yang atas petunjuk-Nya kita selalu ada dalam bimbingan-Nya, Taofik dan Hidayah-Nya. Shalawat serta salam kami curah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan tidak lupa kepada semua orang yang mengikuti jejak langkahnya.
Alhamdulillah pada kesempatan ini kami menyusun makalah yang berjudul “ Fenomena turunya hujan yang menghidupkan bumi”.
Dalam pembahasan makalah ini kami menyajikan dengan segala keterbatasan dan kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Namun kami yakin dengan adanya keinginan dan harapan untuk mencoba pasti ada sesuatu yang didapat, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya kondusif dari semua pihak, sebagai bahan pengembangan dan pertimbangan dimasa yang akan datang.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu proses penyajian makalah ini, khususnya kepada Ibu Siti Zuhairiah, S.Ag. selaku Guru mata pelajaran sekolah kami “Pendidikan Agama Islam”.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfa’at khususnya bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya sehingga kita selalu ada dalam bimbingan-Nya dijalan yang benar dan diridhoi. “Amin ya rabbal’alamin”
Bogor, januari 2014












DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    1  
B. Rumusan dan Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   1
C. Tujuan Makalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . .   1
BAB II ISI
A.Tafsiran surat albaqarah 164. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   2
B.Fungsi hujan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   7

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   11 
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   11

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
 PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah
Saya yakin, masih segar diingatan Anda bagaimana susahnya hidup dalam kondisi kekeringan. Tanah berdebu, tanaman menjadi kering, sumber-sumber air susut, dan cuaca pun terasa panas menyengat. Namun kini, semuanya telah berubah, tanah menjadi becek, pemandangan hijau dan indah di mana-mana, genangan air dengan mudah Anda temui, dan suhu udara pun terasa sejuk atau dingin. Tahukah Anda, apa penyebab terjadinya perubahan tersebut? Semua itu terjadi berkat hujan yang Allah Ta’ala turunkan untuk hamba-hamba-Nya.
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاء كَيْفَ يَشَاء وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ {48} وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ {49} فَانظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. )الروم: 48-50
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.  Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar Rum: 48-52)

B.Rumusan dan batasan masalah
1.Bagaimana jika hidup tanpa hujan?
2.apa tujuan turunnya hujan?
Adapun yang menjadi batasan masalahnya yaitu :
1.kita lihat apa yang telah Allah berikan kepada kita dan masi sempatkah kita untuk bersyukur
2.hujan yang membuat semua mahluk yang ada di bumi menjadi hidup
C.Tujuan makalah
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.meningkatkan keimanan
2.agar selalu bersyukur
3. agar mengetahui manfaat hujan
                                                          
BAB II
ISI

A.Tafsiran surat albaqarah 164
إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ
(164) Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi dan perubahan malam dan siang d an kapal yang berlayar di lautan membawa barang yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit dari ada air, maka dihidupkanNya dengan (air) itu bumi, sesudah matinya , seraya disebarkanNya padanya dari tiap-tiap jenis binatang, dan peredaran angin, dan awan yang diperintah di antara langit dan bumi; adalah semua­nya itu tanda-tanda bagi kaum yang berakal.

إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ
"Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi." (pangkal ayat 164).
Pertama sekali diperhatikanlah kejadian semua langit dan bumi; meng­hadap dan menengadahlah ke langit yang tinggi itu. Berlapis-lapis banyaknya, cuma mata kita dalam tubuh yang kecil ini hanya dapat melihatnya sedikit sekali. Sungguhpun sedikit yang dapat dilihat sudahlah sangat mengagumkan; Langit itu membawa perasaan kita menjadi jauh dan rawan sekali. Mengagum­kan dia pada malam hari dan menakjubkan dia pada siang hari.

Di sana terdapat berjuta-juta bintang hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata, dan lebih banyak lagi yang.tidak terlihat. Bumi adalah salah satu dari bintang-bintang yang banyak itu. Kita yang berdiam di bumi ini merasa bumi sudah besar, padahal dia hanya laksana sebutir pasir saja di antara bintang berjuta. Wahai, alangkah dahsyatnya kekuasaan Tuhan di langit.

Tidak mungkin semuanya itu terjadi dengan sendirinya. Suatu masa lantaran kagumnya manusia pada bintang ­bintang, ada yang menyangka itulah Tuhan. Ini menjadi bukti bahwa akal dan perasaan manusia sejak zaman purbakala telah merasakan bahwa tidaklah alam itu terjadi dengan sendirinya.

Bertambah tinggi pengetahuan manusia tentang ilmu falak , bertambah manusia kagum tentang sangat teraturnya perjalanan cakrawala langit itu. Adanya peraturan memastikan fikiran sampai kepada adanya yang mengatur.

Setelah lama kita menengadah ke langit , marilah menekur ke bumi; pada kejadian bumipun adalah hal yang menakjubkan. Ta'jub yang tidak akan selesai ­selesainya selama umur masih ada , selama akal masih berjalan dan selama bumi itu masih terkembang.

Dia hanya satu di antara berjuta bintang, tetapi alangkah banyaknya rahasia yang terpendam di dalamnya. Perhatian atas kejadian bumi adalah perhatian yang kedua. Bumi itu, hanya seperempat daratan, yang tiga perempatnya adalah lautan. Dalam-daratan yang seperempa: itu berapa ba­nyaknya rahasia kekayaan Ilahi yang terpendam dan berapalah baru yang diketahui oleh manusia. Dan dalam lautan yang tiga perempat itu , baru berapa yang terukur dan baru berapa yang diketahui. Tiap terbuka rahasia yang baru , ternyatalah bahwa di belakangnya berlapis-lapis lagi rahasia kejadian yang lain. Untuk mengetahui itu , hanya akal manusia jua yang berguna. Beribu-ribu universitas didirikan bagi penyelidikan rahasia bumi, maka semuanya menga­gumkan. Mungkinkah semuanya itu terjadi dengan kebetulan? Apakah adanya belerang, minyak tanah, emas, perak dan segala macam logam, garam dan lain ­lain itu terjadi tidak teratur? llmu telah mengatakan bahwa-semuanya itu teratur. Kalau tidak teratur, tidaklah dia menjadi ilmu !

Kemudian itu masuk kepada perhatian yang ketiga.

وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ
"Dan perubahan malam dan siang."

Pergiliran bumi mengelilingi matahari dalam falaknya sendiri yang menimbulkan hisab atau hitungan yang tepat, sampai dapat membagi tahun, bulan, hari dan jam dan minit serta detik. Sampai dapat mengetahui peredaran musim dalam setahun, sampai manusia hidup di dunia mencocokkan diri dengan edaran malam dan siang itu, sampai manusia mencatat apa yang dinamakan sejarah; baik sejarah ummat manusia seluruhnya, atau sejarah bangsa naik dan bangsa yang punah, atau sejarah orang seorang, mulai lahirnya, hidup dan matinya.

Teratur edaran malam dan siang itu karena teratur peredaran bumi dan perjalanan matzhari, sampai orang dapat menerka akan terjadi gerhana matahari 1,000 tahun lagi, bahkan 100,000 tahun lagi. Dapat manusia memastikannya dengan ilmu, bukan urusan tenung yang ghaib, karena sangat teraturnya. Mungkinkah peraturan yang seperti ini terjadi sendirinya dengan tidak ada yang mengatur?

Kemudian itu masuk kepada perhatian yang keempat:

وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
"Dan kapal yang berlayar di lautan membawa barang yang bermanfaat bagi manusia. "
Sesungguhnya sejak zaman purbakala manusia telah tahu membuat kapal. Makanya manusia berani membuat kapal, walaupun pada mulanya sangat sederhana sekali, ialah karena kepada manusia telah diberikan pengetahuan tentang peredaran angin dan kegunaan laut.

Dengan kapal itu manusiapun mengenal akan manusia di pulau dan benua lain dan terjadilah perhubungan antara manusia karena pertukaran keperluan hidup. Supaya ada pertukaran kepen­tingan hidup sehari-hari. Apabila tadi diterangkan, hanya seperempat bahagian daratan, dan tiga perempat bahagian adalah lautan .

Beribu kali kapal diteng­gelamkan taufan dan ombak yang besar, namun keinginan manusia hendak berlayar tidaklah padam. Di dalam al-Quran, selain daripada ayat ini terdapat tidak kurang dari 23 kali sebutan kapal. Malahan di zaman Nabi Nuh telah dipergunakan kapal untuk pengangkutan besar-besaran. ini menjadi bukti bahwa al-Quran telah membayangkan kesanggupan manusia membuat yang lebih sempurna. Sehingga di zaman sekarang berlayar dengan kapal-kapal sebagai Empress of Britain, Queen Elizabeth, Queen.Mary; United States dan lain-lain, adalah laksana berlayar dalam sebuah negeri. Sampai ada kapal yang mempunyai bioskop sendiri, pemandian besar, suratkabar harian sendiri, tele­visi sendiri, dan sebagainya.

Kemudian telah berpindah pula ke udara dengan berbagai ragam penerbangan, sesudah terlebih dahulu menyelam ke dasar laut dengan kapal selam, dan sekarang telah ada kapal selam yang dijalankan dengan tenaga atom. Bagairnana rnanusia akan mencapai kemajuan yang sepesat ini dalam perkapalan, sehingga hubungan dengan bahagian-bahagian dunia yang begini jauh sudah demikian rapatnya ? lalah karena kepada manusia diberikan ilrnu tentang pelayaran. Dengan mendapat ilmu itu mengertilah manusia akan sebahagian kecil daripada rahasia alam. Dan kembalilah mereka kepada pokok pangkal, yaitu bahwa semuanya ini tidaklah terjadi dengan sia-sia atau kebetulan. Pasti ada pengaturannya.

Kemudian itu masuk pula kepada perhatian yang kelima:

وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ
"Dan apa yang diturunkan Allah dari langit daripada air, maka dihidupkanNya dengan (air) itu bumi sesudah matinya, seraya disebarkanNya padanya dari tiap-tiap jenis binatang."

Di sini secara pendek diterangkan kepentingan air hujan, meng­hidupkan bumi yang telah mati. Bila hujan datang bumi itupun hidup kembali. Tumbuhlah segala macam tumbuh-tumbuhan karena adanya air. Hujan itu ada yang meresap ke bawah tanah, kelak menjadi telaga. Ada yang mengalir menjadi sungai-sungai bandar berkali untuk mengairi sawah dan ladang , dan alirannya yaAg terakhir melalui tempat yang rendah ialah ke laut. Kelak dari laut akan menguap lagi ke udara, untuk menyusun diri lagi untuk menjadi hujan. Dengan adanya hujan atau turunnya air dapatlah segala-galanya hidup, baik tumbuh-tumbuhan atau binatang berbagai jenis, termasuk manusia sendiri. Dan berusahalah manusia membuat irigasi, bendungan air, dam-dam besar. Malahan satu bendungan besar telah dikenal dalam negeri Saba' 1,000 tahun sebelum Nabi Muhammad s.a.w. dan ada ayat yang khas membicarakannya dalam al-Quran, bagaimana kemakmuran negeri itu ketika bendungan air masih dipelihara baik-baik, dan bagaimana pula bangsa itu menjadi punah setelah bendungan itu tidak dipelihara lagi, sampai mereka mengembara kian ke mari dibawa nasib.*

Perhatian yang keenam ialah:

وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ
"dan peredaran angin."

Yang kita sebut di zaman kita ini peredaran cuaca. Bahkan kepandaian manusia di zaman moden, dalam rangka penyelidikan geofisika telah dapat mengetahui peredaran ke timur dan ke baratnya, ke utara dan ke selatannya, menentukan pada jam sekian akan keras angin, pada jam sekian udara agak panas sedikit, dan jam sekian akan turun hujan. Bagaimana usaha manusia akan dapat mengetahui sepasti itu, menjadi ilmu pengetahuan kalau bukan lantaran teraturnya. Siapa­kah pengatur itu? Niscaya adalah Tuhan!.

Perhatian yang ketujuh:
وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ
"Dan awan yang diperintah di antara langit dan bumi."

Pada ayat ini di antara angin dengan awan dipisahkan perhatiannya; karena angin boleh dikatakan dekat kepada manusia setiap hari dan awan beredar pada cakrawalai.yang lebih tinggi. Dia diperintah atau diatur beredar ke sana dan beredar ke mari, membagi-bagikan hujan dan pergantian suhu pada bumi. Bertambah moden hidup manusia bertambah penting perhatian kepada pergeseran awan itu, untuk menentukan penerbangan kapal terbang di udara.

Dan di ujung sebagai kuncinya Tuhan bersabda:

لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ
"Adalah semuanya itu tanda-tanda bagi kaum yang berakal." (ujung ayat 164).

Fikirkanlah dan renungkan ketujuh soal yang dikemukakan Tuhan itu! Dia menghendaki kita mempergunakan akal. Dia menghendaki manusia menjadi sarjana dalam lapangan masing-masing. Mencari Tuhan setelah mempelajari alam. Itu §cbabnya maka di dalam surat Fathir (Surat 35 ayat 28), dengan tegas Tuhan berkata:

"Sesungguhnya yang akan takut kepada Allah, hanyalah orang-orang yang berpengetahuan." (Fathir: 28)
Di ayat ini disebutkan ulama, menurut artinya yang asli, yaitu orang yang berilmu. Dengan ayat ini dapatlah kita fahamkan bahwasanya mencari Tuhan
* Surat Saba' surat 34, ayat 15 sampai ayat 21.

dalam ajaran Islam ialah dengan memperdalam penyelidikan tentang alam. Maka Tuhan Allah yang didapat dari sebab ilmu itu, jauh lebih mendalam pengaruhnya atas jiwa dan budi daripada apa yang ditentukan ilmu sifat 20 , atau susunan manusia atau ilmu theologi orang Kristen yang memberi bentuk Tuhan itu sebagai manusia , atau Tuhan menjelmakan diri sebagai manusia.

Penyelidikan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah demikian tinggi pada abad kita ini rupanya telah membawa para sarjana kepada keimanan akan adanya Tuhan menurut , sistem yang diajarkan oleh al-Quran ini. Beberapa buku tentang kepercayaan kepada adanya Allah Yang Maha Kuasa, ditinjau dari segi ilmu telah banyak dikeluarkan orang. Satu di antaranya karancan Prof. Cresson telah disalin ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Tidak Hidup Sendirian. Satu buku yang lain yang berjudui Telah Jelas Allah Di Zaman Ilmu Pengetahuan. Beberapa orang ahli telah menulis dalam buku itu dan dari bidangnya masing-masing tentang hal ini.*/Buku ini telah disain oleh Dr. Damardasy Abdulmajid Sarhan ke bahasa Arab.

Dari tulisan Dr. Frank Allan yang dimu!ai di halaman 7 dapat dikutip di antaranya begini: "..... pastilah asal-usul alam ini ada penciptanya, yaitu yang dahulu tidak ada permulaan Yang Maha Tahu dan Maha Meliputi PengetahuanNya itu atas segala-galanya. Maha Kuat, yang kekuasaanNya tidak terbatas. Pastilah seluruh yang ada ini Dia yang menciptakan .....
"Dan Dia adalah akal yang tidak berkesudahan, Dia Allah dengan sendiri­nya, dengan hikmat Yang Maha Sempurna mencipta bahagian bahagian dari proton itu, sehingga bisa menjadi penetapan dari hidup. Maka Dia bangunkan dan Dia beri bentuk dan diberiNya anugerah rahasia hidup."

Di halaman 41 didapat pula tuiisan Dr. George Earl David: "Bertambah maju kendaraan ilrnu pengetahuan dan bertambah jauh terbelakang segala dongeng khurafat kuno, bertambahlah pula penilaian manusia terhadap agama dan penyelidikan keagamaan.

"Mungkin banyak sebabnya yang mendorong; manusia supaya meninjau kembali soal-soal agama, tetapi kita percaya bahwa semuanya itu pulangnya kepada satu sebab jua, yaitu keinginan manusia yang sangat jujur hendak sampai kepada kebenaran.

"Maka hendaklah kita pisahkan dalam hal ini di antara melawan agama atau keluar dari agama dengan atheist ( tidak bertuhan). Dan kita akui bahwa orang yang keluar dari sebagian fikiran-fikiran kuno beragama yang diterima dari ajaran setengah agama, karena hendak percaya kepada satu ujud Yang Maha Kuasa dan Maha Agung belumlah dituduh bahwa orang itu telah atheist , tidak mempercayai Tuhan . Orang semacam ini mungkin tidak memeluk suatu agama, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Allah ada. Bahkan boleh jadi imannya kepada adanya Tuhan Allah berdiri atas sendi sendi yang amat kokoh."

Maka kalau kita turutkan pelajaran mencari Tuhan yang ada dalarn al­Quran dengan seksama, akan bertemulah kita dengan kenyataan bahwa mencari Tuhan secara ilmiah moden ini telah mendekati kepada yang di­kehendaki al-Quran.
Amat menarik lagi apa yang telah ditufis oleh Dr. Wolter Oscar Lindberg, yang dimulai di halaman 33 di antaranya demikian:
"Kegagalan beberapa sarjana di dalam memahami dan menerima pokok-pokok dasar pendirian tentang pengakuan adanya Tuhan dari segi ilmu pengetahuan adalah dari beberapa sebab. Dua di antaranya hendak kita sebutkan:

*Pertama: Maka orang sampai tidak percaya kepada adanya Allah, ialah karena langkah yang ditempuh oleh setengah organisasi atau gerakan inter­nasionai yang berdasarkan atheist, menurut program politik tertentu, yang bertujuan menyebarkan faham tidak bertuhan dan memerangi kepercayaan kepada Allah. Sebab mereka pandang bahwa kalau kepercayaan kepada Tuhan masih ada, -sangatlah bertentangan dengan dasar gerakan itu.

*Kedua: Walaupun telah bebas akal manusia dari ketakutan , tidak juga mudah membebaskannya dari fanatik dan sentimen. Di dalam sekalian gerakan agama Kristen selalu ditanamkan kepercayaan, sejak dari masa kanak-kanak bahwa Tuhan itu ialah berupa manusia, sebagai pengganti dari kepercayaan bahwa manusia itu adalah Khalifah Allah di bumi ini. Dan setelah akal ber­tumbuh selanjutnya dan dilatih mempergunakannya dalam metode-metode ilmu pengetahuan, maka rupa yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak itu tidak jugalah dapat mereka sesuaikan dengan jalan berfikir teratur atau logika yang dapat diterima. Akhirnya setelah gagal segala usaha menyesuaikan fikiran keagamaan yang kuno itu dengan metode berfikir ilmiah dan logika , kita dapati ahli-ahli fikir yang demikian mencoba melepaskan dirinya dari kesulitan itu dengan membuang habis fikiran tentang Allah.

Setelah mereka sampai ke dalam keadaan yang begini di dalam persangkaan bahwa mereka telah me­lepaskan diri dari pada kekacauan fikiran agama bersamaan dengan hasil-hasil yang menyebabkan kekacauan dalam jiwa, maka tidaklah mereka mau lagi kembali memikir-mikirkan soal ini, bahkan mereka tantang setiap fikiran baru yang ada hubungannya dengan memperkatakan tentang Tuhan."

Menarik pula tulisan Dr. George Herbert Blunt, di antaranya di halaman 84:

"Semata-mata telah percaya tentang adanya Tuhan, belumlah menyebab­kan seorang telah dapat disebut beriman. Karena setengah manusia takut akan ikatan-ikatan yang dibelenggukan kepada kemerdekaan fikirannya karena mengakui bahwa Allah itu ada. Ketakutan itu bukan tidak berdasar. Karena kita saksikan kebanyakan sekte-sekte Kristen, sampaipun kepada sekte yang boleh disebut besar, kerap memaksakan suatu macam fikiran kepadanya secara diktator. Tidak syak lagi bahwa kediktatoran fikiran ini lain tidak hanyalah bikinan manusia saja, bukan suatu keharusan dari agama. Misalnya Kitab injil sendiri; Dia memberi orang kebebasan berfikir seketika dia berfikir bersama-­sama."

Dan.sebagai kuncinya kita salinkan perkataan Dr. John Adolf Bohler dari halaman 104 dan 105:

"Dan pastilah kita dapat merasakan kodrat Allah pada sekalian peraturan yang Dia jadikan dan undang-undang yang tunduk kepada sekalian yang ada. Mungkin manusia ini sanggup menafsirkan segala yang sulit karena telah mendapat rahasia dari peraturan-peraturan yang mengaturnya itu. Tetapi manusia lemah tak sanggup untuk membuat sendiri undang-undang itu, sebab undang-undang itu adalah ciptaan Allah semata-mata. Kepandaian manusia hanyalah membongkar-bongkar rahasia itu untuk dipakainya mencapai rahasia alam yang belum dia ketahui. Setiap undang-undang dan peraturan yang didapat oleh manusia sebenarnyalah akan memperdekatkannya kepada Allah, dan kemampuan untuk mencapaiNya. Itulah dia tanda-tanda yang dengan dia Allah itu bertambah nyata. Mungkin buat mengenal Allah bukan ini saja jalan satu-satunya. Mungkin juga Allah dapat kita kenal dari Kitab-kitab Suci misal­nya. Tetapi kejelasan ada Allah yang disaksikan pada penciptaanNya atas alam yang kita saksikan ini bolehlah dikatakan yang sepenting-pentingnya dipandang dari segi kita."

Banyak lagi kata-kata lain dalam buku itu yang tidak dapat lengkap kalau hanya kita salin saja. Yang lebih baik ialah bila ditelaah seluruh isi buku itu, akan mernberikan kesan pada kita, bahwa dalam kalangan sarjana-sarjana alam yang besar di zaman moden ini telah timbul suatu kepercayaan Yang murni terhadap adanya Allah, ialah sebagai akibat daripada mendalamnya, ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tehnik dan fisika atau


B.Fungsi hujan
1.Fungsi Pertama: Menghidupkan Tumbuhan
       Sehebat apapun Anda  dalam memelihara tumbuhan, namun bila tanpa air, mustahil rasanya tumbuhan Anda bisa hidup, terlebih membuahkan hasil. Karenanya, tidak dapat Anda pungkiri setelah turunnya hujan, berbagai tumbuhan yang sebelumnya telah mati dan tertimbun dalam perut bumi, sekejap menjadi hidup dan tumbuh dengan subur.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ. فصلت: 31
"Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) ya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fusshilat: 39)
fungsi hujan
Semasa kemarau, banyak dari tumbuhan yang mati, dan hanya menyisakan biji-bijiannya yang tertanam jauh dalam perut bumi. Dan bahkan banyak tumbuhan berbatang besar pun seakan mati, sehingga tidak sehelai daun pun menghiasi dahan dan rantingnya. Ketika Anda melihat kondisi semacam ini, sebagaimana yang terjadi beberapa waktu silam, mungkin Anda mengatakan bahwa tumbuh-tumbuhan itu telah mati, dan mungkin tidak akan hidup kembali. Namun kini praduga Anda tersebut terbukti tidak benar.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A’araf: 57)
2.Fungsi kedua: Sumber Minuman Makhluk Hidup
      Semua makhluk yang hidup di muka bumi ini terlebih yang bernyawa tidak mungkin dapat mempertahankan hidupnya tanpa air minum. Karenanya air minum adalah kebutuhan primer setiap makhluk. Karena demikian ini perihal makhluk hidup, maka ketika awal menciptakan bumi, Allah Ta’ala menyiapkan segalanya, air minum dan tumbuh-tumbuhan. Ini semua demi menjaga kelangsungan hidup manusia secara khusus dan seluruh makhluk bernyawa secara umum.
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا {30} أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءهَا وَمَرْعَاهَا {31} وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا {32} مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. An Naziaat: 30-33)
Maha Suci Allah yang telah menyiapkan segala yang mejadi kebutuhan makhluk-Nya, sebelum mereka memintanya. Tidak diragukan fakta ini bukti kuat akan kemurahan Allah Ta’ala yang banyak dilupakan oleh manusia.
3.Fungsi ketiga : Mengingatkan Anda Akan Kuasa Allah Azza wa Jalla
       Semasa duduk di bangku SD, Anda telah diajari bagaimana proses hujan bisa terjadi. Berawal dari air laut yang menguap, hingga menjadi awan, dan kemudian di bawa oleh angin hingga akhirnya turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan. Dan mungkin pelajaran tentang proses terjadinya hujan ini, menghantarkan Anda pada satu kesimpulan, yaitu hujan adalah satu proses alami. Bukankah demikian saudaraku?
Namun sekarang, setelah dewasa dan mungkin mengenyam pendidikan tinggi, atau menjadi seorang ilmuan, dan kenyang dengan asam garam kehidupan, masihkan Anda menerima begitu saja kesimpulan di atas? Tidakkah pernah terbetik di pikiran Anda keinginan untuk merenungkan kembali kesimpulan Anda?
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاء مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tAnda-tAnda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah: 164)
Mungkin pertanyan-pertanyaan berikut sidikit membantu Anda dalam memikirkan kembali teori hujan yang telah Anda pelajari semasa duduk di bangku SD.
Mengapa air laut menguap ketika disinari oleh matahari?
Mengapa yang menguap hanya airnya saja, sedangkan kandungan garamnya tidak turut menguap.
Ketika air disinari matahari, mengapa naik ke langit dalam bentuk uap, namun ketika turun kembali turun dalam bentuk tetesan?
Dan mengapa uap air yang telah membeku di awan, ketika turun tidak pernah mengalir bak air terjun, akan tetapi sejak dahulu kala hujan turun dalam bentuk tetesan?
Mengapa ketika air hujan turun tidak turun dalam bentuk uap sebagaimana ketika terangkat ke awan?
Setelah Anda merenungkan berbagai pertanyaan di atas, silahkan Anda lanjutkan renungan Anda dengan menyelami kandungan ayat-ayat berikut:
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاء الَّذِي تَشْرَبُونَ {68} أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ {69} لَوْ نَشَاء جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ . الواقعة: 68-70
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waqi’ah: 68-70)
Mungkin ini salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari beberapa ayat Alquran yang berbicara tentang hujan. Pada ayat-ayat tersebut diakhiri dengan kata-kata “sejatinya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”, sebagaimana pada ayat 50 surat Ar Rum dan ayat 31 surat Fusshilat di atas.
Saudaraku, Kemajuan ilmu dan teknologi memang dalam banyak hal menguntungan umat manusia. Namun di sisi lain, tanpa Anda sadari menjadikan Anda mudah lalai dari Allah Azza wa Jalla. Akibatnya, berbagai tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang ada di sekitar Anda kini seakan tidak berarti bagi Anda. Karena kronologi terjadinya berbagai kekuasaan Allah, semacam gerhana matahari, turunnya hujan, gempa bumi, dan lainnya, hati Anda tidak tersentuh ketika menyaksikannya. Kini Anda sering menamakan berbagai kejadian itu sebagai fenomena alam atau ungkapan serupa.
Tidak diragukan, sikap Anda ini mencerminkan jauhnya diri Anda dari sentuhan nilai-nilai iman kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai buktinya, ketika turun hujan, Anda tidak lagi peka bahwa hujan adalah kuasa Allah, bahkan lebih jauh Anda mengganggap hujan sebagai siklus alam. Hujan turun karena musimnya telah tiba dan berhenti ketika musim kemaru telah tiba pula. Hanya sampai disini keyakinan dan tanggapan Anda. Entah mengapa Anda tidak melanjutkan komentar Anda dengan satu pertanyaan: siapakah yang mengatur musim, dan menciptakan serta mengatur perputaran matahari?
Menyadari akan adanya peluang terjadinya kemalasan berpikir semacam ini, Rasulullah e merasa perlu untuk memperingatkan para sahabatnya.
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ « هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ » . قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ « أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
Sahabat Zaib bin Khalid Al Juhani menuturkan, “Seusai shalat shubuh pada suatu pagi yang pada malam harinya kami diguyur hujan, Rasulullah e menghadap kepada kami dan bertanya, “Tahukah kalian apa yang difirmankan Allah?” Sepontan para sahabat menjawab, “Hanya Allah dan rasulul-Nya yang mengetahui. Allah berfirman, “Pada pagi ini, ada dari hambaku yang beriman kepada-Ku dan juga kafir.” Adapun yang mengatakan,
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
“Kami mendapat karunia hujan karena kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya” maka ia beriman  kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Sedangkan orang yang berkata, “Kami mendapat hujun karena bitang ini dan bintang itu telah terbit (musim pernghujan telah tiba), maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.” (Muttafaqun ‘alaih)
Demikianlah ucapan yang biasa terucap dari lisan kita setiap kali hujan turun: “Hujan terus menerus karena musim penghujan telah tiba.” Namun jarang dari kita yang menyadari bahwa hujun turun murni karena perintah dan karunia Allah. Kita melalaikan Allah dan senantiasa mengingat musim, padahal Allah telah buktikan bahwa musim bisa berubah-rubah sehingga turunnya hujan tidak menentu, sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini.
Saudaraku, Sebagai  umat yang beriman, marilah kita kembali ke jalan Allah, sehingga kita dapat memandang dan menilai segala urusan dengan cara pandang seorang yang beriman.









BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Demikianlah ucapan yang biasa terucap dari lisan kita setiap kali hujan turun: “Hujan terus menerus karena musim penghujan telah tiba.” Namun jarang dari kita yang menyadari bahwa hujun turun murni karena perintah dan karunia Allah. Kita melalaikan Allah dan senantiasa mengingat musim, padahal Allah telah buktikan bahwa musim bisa berubah-rubah sehingga turunnya hujan tidak menentu, sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini.
Saudaraku, Sebagai  umat yang beriman, marilah kita kembali ke jalan Allah, sehingga kita dapat memandang dan menilai segala urusan dengan cara pandang seorang yang beriman.
B.saran
Peliharalah apa yang telah Allah s.w.t berikan kepada kita
Lihatlah begitu indah apa yang telah allah berikan kepada kita
Sebagai mestinya kita memelihara dan men jaganya  bukan untuk dirusak
  DAFTAR PUSTAKA (sumber info yang kalian dapat jika dari internet tulis situs web internetnya)

0 komentar:

Posting Komentar